Rabu, 01 April 2015

CERITA dan FAKTA SEPUTAR SKRIPSI (Part 1)




Hi blog, rasanya sudah berapa lama gak nyapa ke sini. Mungkin ibarat rumah lantainya pasti sudah sangat berdebu, bank sarang laba-laba Dimana-mana, bau dan mungkin bisa jadi sudah berpenghuni makhluk Astral. Hiii...


Ok let’s start, beberapa postingan saya ke depan bantalan nyinggung-nyinggung masalah SKRIPSI atau ditempatku disebut TUGAS AKHIR. Well, Alhamdulillah akhirnya gue kelar juga jadi mahasiswa di kampus setelah 4 tahun 9 bulan bergelut di sini dan 7 bulan bergelut  dengan TUGAS akhir. Banyak rasa, cerita, fantasi dan inspirasi selama Disana, dan melalui blog ini mudah-mudahan bisa berbagi dengan yang lain. Ok, biar lebih enjoy untuk ditulis dan lebih enak dibaca, saya bawa postingan ini secara Timeline atau periodisasi. Maklum lewat postingan ini saya sedikit curhat sambil nyeritain apa Ana yang ludah saya alamin.
sumber : kaskus.co.id

Sabtu, 25 Oktober 2014

Introvert

Sebenarnya saya bisa dikatakan cenderung introvert alias 'tertutup'. Dari beberapa kali diskusi dengan beberapa teman atau saudara yang memang punya ilmu untuk membaca kepribadian orang (mungkin kebanyakan anak psikologi), saya memang punya beberapa sifat atau karakteristik tersebut. Salahsatu yang saya iyakan adalah kebiasaan 'memendam/menyembunyikan/menahan perasaan'. Dalam beberapa hal saya memilih untuk bersikap demikian, apalagi bila berada pada kondisi konflik tertentu. Baik itu konflik yang berperan langsung pada salahsatu pihak ataupun yang saya terjebak didalamnya.

Dalam blog yang ditulis disini: http://emilarya.wordpress.com/2013/01/23/definisi-introvert-yang-sebenarnya/, memang ada beberapa hal yang menurut saya sejalan dengan 'choice' yang saya pilih. namun ada juga paparan dalam blog tersebut yang dapat saya 'tidak iya-kan'. 

Perihal kebiasaan memendam sendiri sebenarnya mungkin sudah terpupuk pada diri saya sejak kecil. Dibanyak kesempatan pada saat masa sekolah SD atau Madrasah saya sangat suka dengan ilmu sosial seperti sejarah. Dalam ilmu sejarah pasti juga membahas tokoh yang terlibat didalamnya, dan seperti biasa anak kecil pasti mengidolakan salahsatu tokoh tersebut. Untuk tokoh semisal dalam sejarah Indonesia bagi kebanyakan anak kecil mengidolakan sosok seperti Bung Karno, Bung Tomo atau pahlawan heroik lainnya, namun saya cenderung mengidolakan sosok seperti Bung Hatta dan Jendral Soedirman.

Bung Hatta menurut saya bila dibandingkan dengan partner sejatinya Bung Karno memiliki ke-elegan-an tersendiri. Tidak banyak cerita yang menggambarkan cara berpidato Bung Hatta seperti Bung Karno yang meledak-ledak. Sosok Jendral Soedirman pun demikian, tidak banyak pula cerita yang menggambarkan sosok beliau seperti Bung Tomo atau Pattimura.

Untuk sejarah Islam, sosok yang muncul adalah Khalifah Usman bin Affan. Saya menyukai sahabat Rosululllah ini bila dibandingkan dengan ketiga Khalifah Ur-Rasyidin lainnya. Tapi bukan berarti tidak menghargai atau mengesampingkan yang lainnya.

Dari situlah mungkin konsepsi-konsepsi lanjutan yang muncul kemudian memupuk.

Dear Hati (2) ...



Dear hati, yang tidak pernah berhenti merasa…
Letih rasanya aku bertikai dengan perasaan…
Kosong tak berisi, hampa tak terjamah dan gelap tak berpelita…
Cakrawala seperti apa yang dapat kau lihat ?

Sabtu, 22 Maret 2014

Cerita Guru



                Satu malam saya pernah menghampiri ia yang sedang duduk diatas sajadahnya lengkap dengan mukenahnya. Kala itu ia barusaja selesai menyelesaikan sholat isya dan sholat sunnahnya. Percakapan yang awalnya ringanpun semakin serius. Salahsatu keahlian ia adalah sembari membaca-baca al-quran dan terjemahannya masih saja bisa menyauti topik pembicaraan saya. Dan topik itu semakin serius ketika mengarah pada urusan anak dan guru.
                Diantara ribuan kata dan ratusan kalimatnya yang keluar dari mulutnya itu ada nasihat dan petuah. jika saya lihat dari bola matanya mengisyaratkan bahwa itu adalah nilai dan nasihat yang turun temurun disampaikan pada generasi sebelum beliau. Nasihat tersebut menyuruh bahwa kepada anak-anaknya kelak diwajibkan untuk diajarkan ngaji Al-Quran. Dan lebih khusus untuk bersekolah di madrasah atau TPA. Kemudian diakhir pembicaraan itu ia mengingatkan pada saya untuk mendoakan atas segala kebaikan dan ilmu guru-guru Agama yang pernah mengajari saya. (IBU)

Ibu Eha – Guru Agama TK
Ibu Sumiati – Guru Agama SD
Pak Iwan Sofwan (Alm.) – Guru Agama SD
Ibu Hj. Maemunah – Guru Fiqih dan Ibadah Syariah Madrasah
Ibu Hj. Qishtin – Guru Ibadah Akhlak dan Bahasa Arab Madrasah
Pak Athoillah (Alm.) – Guru Tarikh / Kepala Sekolah Madrasah Diniyah Awaliyah
Pak Sholihin – Guru Bahasa Arab Madrasah
Pak Sadili – Guru Khot dan Imla’ Madrasah & Guru Ngaji Al-Quran
Pak Sukara – Guru Al-Islam dan Bahasa Arab SMP
Pak H. Muhdi (Alm.) – Guru Kemuhammadiyahan SMP
Pak Tadri – Guru Khaefiyat Shalat SMP
Pak Ma’ruf – Guru Al-quran hadist SMP
Pak Syahroni – Guru Agama SMA
Ibu Hj. Annizar – Guru Agam SMA
Pak Supriyanto Pasir – Dosen PPI, SKI UII
Pak Aang – Dosen PAI UII
Pak Ridwan – Dosen Muamalah & Ibadah Akhlak UII
Dan semua guru-guru saya yang lain, semoga saya bisa dijadikan perhitungan atas amal jariyyahmu…
… Al-Fatihah …

Rabu, 22 Januari 2014

bersikap bijak pada jodoh, hati dan perasaan



Mungkin fenomena mencari jodoh, ta’aruf, pacaran dan semacamnya menjadi topic yang menarik untuk beberapa kalangan mahasiswa yang sudah menginjak masa akhir studi. Dari berbagai pengalaman yang dijumpai hampir disetiap diskusi, baik itu pekerjaan, sukses ataupun diskusi sepakbola pasti berujung pada topik satu ini. Konsep dan hipotesis yang ditawarkanpun sangat bervariatif. Dari mulai konsep sederhana tentang perasaan dan fitrah manusia, hingga konsep multisektoral seperti suku, DNA dan faktor-faktor lain yang tidak masuk akal.

Tapi sebenarnya yang menjadi keyakinan saya adalah konsep jodoh yang memang telah ditetapkan oleh Allah. Bahkan janjinya adalah “Wanita terbaik akan berjodoh dengan pria terbaik pula”. Maka saya percaya betul dengan janji ini, sebagaimana janji-janji Allah yang lain.

Senin, 06 Januari 2014

Perusahaan ter-Dilema Part 1

Ini sebenarnya adalah tulisan lama yang baru sempat saya aplod sebab lagi hangat-hangatnya karena kenaikan harga gas elpiji biru.

DILEMA, itu mungkin kata yang pantas disematkan oleh satu-satunya perusahaan plat merah Indonesia yang bergerak dalam bidang Minyak dan Gas. Beberapa tahun lalu ketika isu kenaikan harga BBM jenis premium, perusahaan ini seperti kalang kabut melewati hari-hari kerja operasionalnya. Termasuk teror yang timbul akibat reaksi yang rencana tersebut. Lebih dari itu, harga kenaikan itu sendiri muncul karena jumlah konsumsi BBM masyarakat cukup tinggi, namun tidak dibarengi oleh tingkat produksi yang mampu dihasilkan Pertamina.

Jika kita berbicara tentang produksi secara awam (karena saya bukan ahli dibidang produksi ataupun perekonomian), untuk dapat memberikan pelayanan yang baik maka kemampuan produksi harus minimal sebanding dengan tingkat konsumsi/permintaan. Itu adalah kondisi ideal, tapi jika kondisi ini berbeda dilapangan seperti kemampuan produksinya lebih rendah maka otomatis permitaan harus dipenuhi dengan beberapa cara tertentu, salahsatunya adalah pembelian produk luar. Pembelian ini bisa ditempatkan pada sisi produsen (pembelian barang mentah) atau pada sisi konsumen (pembelian barang jadi). Sedangkan di Indonesia pembelian barang mentah menjadi pilihan yang paling banyak, sebab konsumen cenderung sulit untuk mengeluarkan biaya untuk pembelian barang jadi.

http://finance.detik.com/read/2013/11/15/160226/2414356/1034/impor-minyak-ri-tinggi-ini-penjelasan-pertamina

Di Indonesia, Pertamina harus memenuhi permintaan konsumen sebanyak 1,4 Juta barrel perhari sedangkan kapasitas produksi pertamina hanya 1 juta barrel perhari. Otomatis, pertamina harus menangani kekurangan 4 juta barrel. Untuk mengatasi hal tersebut Pertamina memilih impor untuk kemudian diolah sendiri untuk dipasarkan. Sialnya, harga minyak dunia semakin tinggi otomatis makin banyak pula ongkos yang harus dibeli Pertamina, kondisi ini akan berdampak negatif  hingga fase kritis hampir menyentuh kondisi "RUGI".

Di sisi lain, Pertamina sebagai BUMN harus menyediakan kebutuhan BBM masyarakat. Tapi tidak dibarengi oleh ketersediaan resource yang kian lama kian menipis. Membuat ongkos produksi mahal, apabila kondisi mahalnya ongkos maka beban upah pekerja harus diperhemat, otomatis berdampak pada ketersediaan sumber daya manusia. Dengan kondisi ini, dari sisi lapangan kerja akan menurukan tingkat antusias pekerja itu sendiri. Bukan hal yang aneh, banyak pekerja-pekerja yang memiliki kemampuan tinggi memilih bergabung diperusahaan minyak luar dengan alasan gaji yang diterima lebih besar. Dilain pihak, banyak juga pekerja-pekerja yang menuntut kesejahteraan lebih karena terbuai bayang-bayang kejayaan Pertamina dulu.

http://www.indramayupost.com/2010/06/ratusan-buruh-pertamina-ep-mundu-demo.html

Berita diatas terjadi di kompleks perumahan dan perkantoran tempat saya tinggal selama 12 tahun dulu. Bapak saya adalah salahsatu karyawan disana, beliau hampir pulang kerja tengah malam karena kondisi tempat tersebut yang masih tidak kondusif. Bahkan, beberapa kawan bapak sampai menyamar sebagai tukang becak untuk bisa keluar dari kompleks tersebut.


Kamis, 03 Oktober 2013

NgePuisi

Akhir-akhir ini gak tahu kenapa rasanya pengen nulis puisi gitu ya ?? Entah kesambet apaan gue ??
ya walaupun gak bagus-bagus amat sih puisinya, yaa secara pernah juara 3 Puisi se-Kabupaten jaman SD dulu. hahahaha ,. oke malem-malem gini sebelum tidur, ini puisi gue...

Aku ingin bertemu engkau pagi...
Disaat aku merasakan hadirnya sang surya
Melantunkan jutaan mimpi yang terbentuk saat ia gelap
Menghirup sukma yang memecahkan setiap relung ego
Ditemani suara-suara khas, dan dikala suatu terdengar sebenarnya
Dan pagi itu aku ingin engkau...