Mungkin fenomena mencari jodoh,
ta’aruf, pacaran dan semacamnya menjadi topic yang menarik untuk beberapa
kalangan mahasiswa yang sudah menginjak masa akhir studi. Dari berbagai
pengalaman yang dijumpai hampir disetiap diskusi, baik itu pekerjaan, sukses
ataupun diskusi sepakbola pasti berujung pada topik satu ini. Konsep dan
hipotesis yang ditawarkanpun sangat bervariatif. Dari mulai konsep sederhana
tentang perasaan dan fitrah manusia, hingga konsep multisektoral seperti suku,
DNA dan faktor-faktor lain yang tidak masuk akal.
Tapi sebenarnya yang menjadi
keyakinan saya adalah konsep jodoh yang memang telah ditetapkan oleh Allah. Bahkan
janjinya adalah “Wanita terbaik akan berjodoh dengan pria terbaik pula”. Maka saya
percaya betul dengan janji ini, sebagaimana janji-janji Allah yang lain.
Maka rasanya kurang bijak bila
kita meminta hingga sambil merengek-rengek untuk dapat berjodoh dengan
seseorang. Bagaimana anda melihat bila ada seorang anak kecil meminta mainan
robot yang hanya dapat berjalan satu arah kepada sang ayahnya, padahal sang
ayah telah berniat membelikan robot mainan yang lebih canggih. Bila sang ayah
menilai memang itu kemauan anak yang bukan merupakan pilihan yang terbaik, maka
bisa jadi sang ayah membelikannya. Itulah poin pentingnya.
Bukan permasalahan orang tersebut
baik, pandai hingga dapat memberikan kenyamanan bila bersamanya. Tapi lebih
dari pada itu, Allah pasti akan memberikan yang terbaik. Dan ingat, ilmu kita
hanya setitik air dari seluasnya samudera.
Di lain sisi, untuk memulai suatu
perjodohan (bahasa yang masih dapat diperbaiki) tidak hanya untuk permasalahan
diri kita sendiri. Karena disana menyangkut pula beberapa orang dari dua pihak
yang berbeda. Dalam pepatah jawa kasar disebut “loro endas papat watake” atau “dua
kepada empat sifat”. Sehingga untuk hal yang satu ini bukan hanya masalah
perasaan yang tak kunjung menentu, tapi juga permasalah keluarga, masyarakat
dan tentunya masalah hati. Maka cara persiapannya pun harus perlahan-lahan. Semisal,
dengan mendekatkan orang tua sendiri untuk meminta restunya. Silahkan baca buku
Ustadz Felix Siaw yang judulnya “Udah Putusin Aja”.
Jadi kesimpulannya adalah bila
anda sedang dimabuk cinta atau sedang menantikan jodoh maka tetaplah untuk
berkeyakinan pada janji Allah itu sembari membaca janji-janji Allah lainnya. Kemudian
bila anda sudah merasa “gagal move on” maka silahkan berkonsultasilah pada
pihak yang berwajib (orangtua/wali murid/dosen pembimbing) sembari merenungkan
diri. Tanyakan kepada lubuk hati yang paling dalam (sebab saya yakin bahwa hati
manusia itu pada dasarnya adalah suci, dan beberapa berpendapat bahwa bahasa
yang disampaikan tuhan hanya akan tersampaikan secara langsung kepada hati yang
dipilihnya), bahwa perasaan atau sikap yang anda pilih bukan hanya sebatas
pemuas nafsu/penyalur fitrah yang salah semata. Ingat perasaan suka pada lawan
jenis itu adalah fitrah manusia yang diberikan Allah, jangan sampai hal
tersebut dimasuki bisikan setan.
harus pintar-pintar menyiasati cinta yang datang belum pada saatnya. istiqomah memperbaiki diri dulu :D
BalasHapuscinta yang datang 'lebih cepat' sebenarnya sah-sah saja. karena memang itu adalah fitrah manusia sendiri. yang jelas bagaimana mengolah fitrah tersebut menjadi sesuatu yang bijak untuk diri kita sendiri gitu.
Hapuswah, boleh juga itu gan...
BalasHapusserahkan ke pihak berwajib (dosen pembimbing) buat kasih judul skripsi.. hahaha
silahkan,. siapa tau judul skripsi itu juga membantu untuk 'move on' :)
Hapus