Sabtu, 02 Maret 2013

SELALU ADA JALAN LAIN



                Cuma blog saya ini tempat yang mungkin saat ini bisa menampung perasaan dan pikiran saya. Awal bulan Maret benar-benar disuguhkan dengan ketidakpastian, kebimbangan, dan ke-an yang lain. Begitu bersamaan dengan beberapa amanah yang ditangguhkan, yang entah kenapa saya tidak punya keberanian untuk menolak ataupun melimpahkannya keorang lain, dihadapkan juga dengan sebuah pilihan menyangkut masa depan, resolusi, cita-cita, planning, harapan, dan segalanya tentang diri ini. Bukan untuk diri ini sendiri, tapi untuk orang-orang terdekat dan tercinta saya.
                Apa saya terlalu sensitif, terlalu memusingkan, atau terlalu apakah itu. Yang jelas saat ini, saat saya menulis tulisan ini entah kenapa hati saya terus berkata berat dan sulit untuk menuntun kemana. Ketika kepala ini terlalu sedikit ruang yang terluangkan, justru hati ini terlalu luas untuk ditempati. Bahkan “Kosong”. Persis seperti suatu percakapan saya dengan salah seorang.
                Key-in, masa ini merupakan masa tersulit saat ini untuk mahasiswa yang belum merasakan apa-apa. Selama hampir 4 smester saya key-in, justru kali inilah pertama kalinya key-in di Jogja dan menjumpai beberapa kendala. Planning jangka pendek dan jangka panjang saya yang akhirnya akan berubah ataubahkan bisa patah. Perkiraan terburuk yang memang jarang saya pikirkan. Mau tidak mau masa studi saya disini mungkin akan sedikit lebih lama [dari apa yang saya inginkan], setidaknya telah saya prediksi sebelumnya tapi entah mengapa saat sudah dihadapkan dengan hal ini saya justru merasa kecil, lemah dan tak bisa berbuat apa-apa.
                Tidak ada yang bermasalah dengan konversi kurikulum, secara nilai tidak jauh berbeda walaupun sebelumnya berharap mendapat keuntungan. Namun untuk satuhal ini yang sedikit mengganjal hati ini, membekukan relung hati, memenuhi ruang pikiran kepala ini. Yakni yang berhubungan dengan waktu. Waktu yang harus diterima sebagai konsekuensi dari konversi ini. Tidak menjadi masalah bila melihat waktu itu secara sendiri, tapi jika melihat kebelakang, sekitar 3,5 tahun yang lalu dan mengingat keluarga dirumah, jujur hati ini menangis.
                Berbicara waktu maka berbicara pula biaya yang akan dikeluarkan, belum lagi konsekuensi yang diterima dari konversi ini adalah hampir 8 matakuliah harus diambil dan hampir 6 dari total itu berada di smester genap yang otomatis smester 8. Hal yang saya takuti adalah waktu tempuh saya di kuliah ini yang dapat menginjak angka 4 tahun lebih. Saya sudah tak dapat menahan diri saya untuk tidak memikirkan ini. Saya pun tak sanggup untuk berkomunikasi dan mengungkapkan ini pada orang tua. Saya tak sanggup melihat keriput diwajah mereka, tak sanggup melihat kilau warna putih yang menghiasi kepala mereka. Jujur saya tak sanggup……….
                Belum lagi mendengar cerita mereka yang selalu mereka utarakan pada saya, tentang kehidupan kelak, tentang problematika dan tantangan yang sedang dihadapi keluarga. Ingin rasanya saya untuk memikul itu, ingin sekali untuk menjadi seekor ayam jago yang memang dimiliki keluarga itu. Sedangkan ini saja saya tidak bisa. Hanya sekedar mempersingkat waktu yang mereka luangkan untuk memeras keringat, membuang energi untuk memikirkan saya saja tidak bisa.

                TAPI SAYA ADALAH LAKI-LAKI, SEORANG YANG SIAP MENGARUNGI WAKTU DAN RESIKO YANG LEBIH TINGGI DARI SEORANG WANITA. DAN MUDAH-MUDAHAN SAYA DIRIDHOKAN ALLAH UNTUK MENGARUNGI JALAN YANG MEMANG ALLAH TENTUKAN UNTUK SAYA. BUKAN UNTUK MENGARUNGI JALAN YANG SAYA TENTUKAN UNTUK SAYA SENDIRI. 

                Saya yakin, Allah mengetahui isi hati saya ini dan jika Allah meridhoi apa yang saya yakini ini pasti Ia akan membimbingkan saya.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar