Jumat, 08 Maret 2013

Dan aku tak mau menjadi sebuah Jam Pasir.


Hati dan akal adalah anugerah terbaik yang hanya diberikan kepada makhluk terbaik ciptaan-Nya. Sebuah modal penting untuk dapat mengarungi fananya dunia. Kedua relung itu adakalanya terisi penuh pada kedua-duanya, adapula yang penuh salahsatunya sehingga mengosongkan ruang lainnya. Kondisi ini yang harus diwaspadai dan sedapat mungkin dapat diatasi apabila kau menemuinya.

Sepotong pembicaraan dikala sore tiba dipenghujung bulan februari tahun ini, melatarbelakangi tulisan ini. Bukan hal yang serius dan memusingkan, tapi entah terlalu serius menanggapinya.

“...liburan ini serasa bukan liburan ya, malah lebih sibuk ketimbang gak liburan malah...”
“...serasa lebih sibuk dari pada presiden...”
“...udah pikiran lagi penuh, apalagi hati lagi kosong...”
seperti itulah kurang lebih pembicaraan seru disenja sore akhir februari.

Dan aku tak mau menjadi sebuah Jam Pasir.

     Yang hanya berupaya membolak-balikkan keadaan dengan tidak memberikan apapun dari perbuatannya.
            Yang hanya membagi dari ruang diatas menuju ruang dibawahnya.
            Yang terbungkus pembatas ruang transparan.
            Dan yang hanya mengosongkan satu bagian untuk dilimpahkan kebagian lainnya.

Jam Pasir

Pengiasan Jam pasir bisa dibilang objek yang paling pas untuk menggambarkan percakapan itu, kita tahu bila jam pasir itu apabila satu sisinya telah penuh maka sisi lainnya mengalami penumpukan. Dan saya tidak ingin hal itu, lantas apa bedanya dengan kiasan tong kosong nyaring bunyinya, bila ia penuh maka takkan berbunyi nyaring.

Sudah menjadi kiasan umum dan membenarkan teori keseimbangan, bahwa dimana ada hal yang saling membagi, saling mengisi, saling menjaga dan saling melengkapi. Teori inilah yang disebut keseimbangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar