Kamis, 24 Februari 2011

inilah Abu-Abu





                Masa SMA adalah masa-masa paling menyenangkan dalam kehidupan bagi sebagian orang yg berpendapat demikian. Karena dalam masa ini adalah masa Abu” dalam hidup. Dikatakan hitam tak pantas dan dikatakan putih pun tak bisa. Banyak cerita bagi saya yang mungkin tidak bisa dijumpai lagi bahkan dalam kehidupan saya yang akan datang. Tingkat emosional yang sedang “in”  ditunjang oleh peraturan,kebijakan dan birokrasi yang menyangkutnya memberika “taste” tersendiri bagi mereka yang menjalaninya. Tak jarang banyak sekali siswa SMA yang menyalurkannya dalam berbagai macam. Ada yang berorganisasi, berolahraga atau bahkan yang terjerumus dalam kehidupan negatif.


                Namun sistem pendidikan di bangsa ini yang belum optimal inilah yang mempengaruhi pola pikir sebagian orang mengenai masa SMA. Ujian Nasional, masuk perguruan tinggi atau bahkan masuk dunia pekerjaan pun menjadi momok tersendiri. Banyak kawan2 saya (atau bahkan saya sendiri) berpikir bahwa SMA adalah duduk, nyatet, pulang, ujian, dan lulus. Karena memang inilah yang saat ini masih diterapkan di negri ini. Sehingga berdampak pada kesulitanya untuk memilih jurusan yang akan dipilih bagi mereka yang melanjutkan perguruan tinggi, susah memulai usaha dan lolos dalam penerimaan lapangan pekerjaan dsb.

                Dalam tulisan ini saya akan bercerita sedikit pengalaman saya dalam mengakhiri kehidupan Abu” saya. Sulit mencari atau lebih tepatnya memilih jurusan yang akan dipilih kelak adalah momok tersendiri pada masa itu. Betapa tidak saya tidak memiliki bayangan tentang apa yang ‘akan’ ada dalam diri saya esok.

                Tidak pernah terselip sedikitpun akan dimana saya berkuliah. Dan sampai saat ini yang saya sesali dalam diri saya pada saat saya SMA dulu adalah tidak pernahnya saya mengasah kemampuan atau semacamnya lah. Saat dulu saya berpikir bahwa sekolah hanya bernilai baik dan lulus. Saya pun ingat betul dengan perkataan yang dilontarkan pada saya pada saat debat tentang prestasi SMA di Indonesia. “dunia pendidikan yang sepatutnya adalah berorientasikan pada ‘PROSES’ bukan pada ‘HASIL’ seperti yang ada di Indonesia saat ini”. Saya sebagai pelaku utama kejadian diatas sama sekali belum bisa konsisten terhadap ucapan tadi. Ya itulah saya saat itu.

                Akibatnya selepas atau lebih pasnya seusai UN berlangsung muncul lah persoalan-persoalan yang menggerogoti pikiran saat itu. Betapa tidak selama 3 thn bahkan lebih selalu dihadapkan dengan persoalan-persoalan pasti (benar-salah), saat ini persoalan yang dihadapi berbeda lagi. Tidak ada yang benar dan tidak ada yang salah pula.

                Untuk anda para Abu” jangan salah pilih dalam menentukan jalan anda berikutnya. Sedikit saran dan tips dari saya dalam memilih jurusan dan perguruan tinggi adalah :


  • Dahulukan sekali minat kalian tentang ilmu apa yang akan kalian kuasai. Ingat minat itu adalah modal terpenting anda dalam melangkah.
  • Bakat menjadi bagian kedua setelah minat, mengapa demikian ? memang bakat akan membuat anda semakin mulus atau setidaknya memberi keringanan bagi anda.
  • Konsultasikan permasalahan biaya yang akan dikeluarkan secara kasar. Ingat dalam kenyataanya yang dijumpai, pada selembaran2 yang mempromosikan tentang masalah biaya yang diperguruan tinggi itu hanya perkiraan dan bukan harga sebenarnya. Baik negeri maupun swasta.
Prestasi-akreditas-dan Prestise Perguruan tinggipun berpengaruh dalam penentuannya. Tentu apabila hal ini pasti erat kaitannya dengan nomor 3.
Kondisi lingkungan yang menunjang.

Mungkin itu cerita yang dapat saya ceritakan dalam posting kali ini. Dan yang terpenting adalah CINTA INDONESIA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar